MedanBisnis - Jakarta. Suku bunga kredit perbankan nasional maupun daerah
dinilai mulai mengkhawatirkan karena dipatok terlalu tinggi. Bunga tinggi
berpotensi maraknya kredit macet.
Untuk itu, perbankan diminta memangkas margin atau batas selisih
keuntungan. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Gus Irawan dalam
Seminar Nasional Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia (BPD-SI) di kantor
Asbanda Menara MTH Lantai 8, Jalan MT Haryono, Jakarta, Rabu (25/3).
"Tolong dibatasi margin bank. Saya setuju soal ini, khususnya BPD ini
marginnya tinggi-tinggi, tobatlah," kata dia.
Gus menyebutkan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga
kredit perbankan mulai mengkhawatirkan, ini harus ditekan.
"Saya baca rilis dari Pak Muliaman soal suku bunga yang
mengkhawatirkan, OJK bilang sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan, makanya
OJK minta untuk ditekan," ujarnya.
Gus menambahkan, perbankan Indonesia saat ini sudah tidak efisien, yang
difokuskan hanyalah mengejar Net Interest Margin (NIM) setinggi mungkin.
"Perbankan kita sangat tidak efisien. Ada di BPD suku bunga 1,25% per
bulan. Saya setuju NIM maksimum 5%," ucap dia.
Selain mengkritik soal tingginya NIM perbankan, Gus juga mengkritik soal
kebijakan otoritas sektor keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan OJK yang dinilainya
membingungkan masyarakat.
"Faktanya sekarang industri bingung, BI bikin layanan perbankan
digital, OJK branchless banking. Saya khawatir kalau ada salah satu bank kita
kalau ada missmacth, kayak di Inggris itu komunikasi bank sentral dengan OJK
missmatch terjadi collaps, makanya kita harus tegas soal makro prudensial, itu
masih tugasnya BI yang diamanahkan di UU OJK. BI ngeluh kalau ada apa-apa itu
enggak bisa lihat detil karena yang kuasai adalah OJK," tandasnya. (dtf)
Sumber
Artikel :
Kesimpulan :
Dari artikel di atas saya menyimpulkan
bahwa terjadinya suku bunga tinggi tidak
hanya dialami oleh perbankan nasional, namun juga dialami oleh perbankan
daerah. Hal ini menyebabkan meningkatnya ppotensi kredit macet. Dan hal ini
menjadi sangat mengkhawatirkan bagi keefisiensian perbankan jika hanya hanya
mengejar Net Interest Margin (NIM). Lalu dari artikel di atas menerangkan bahwa
terjadi ketidakjelasan kebijakan
otoritas sektor keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan OJK yang dinilai masih
membingungkan masyarakat. Dengan itu dikhawatirkan juga akan terjadi missmacth.
Dan jika missmacth komunikasi antara bank sentral dengan OJK itu terjadi
seperti di Inggris, maka akan menyebabkan terjadinya collaps.
Saran :
Menurut saya, harus ada peninjauan dan pengkajian ulang yang cepat tentang
suku bunga. Karena dunia perbankan itu adalah salah satu penggerak roda
perekonomian negara. Dengan suku bunga yang tinggi akan sangat memungkinkan terjadinya
kredit macet. Dan itu artinya perputaran ekonomi melambat. Padahal di negara
kita saat ini tidak sedikit masyarakat yang baru memulai usaha-usaha menengah
dengan modal yang minim. Sehingga seharusnya dunia perbankan bisa menjadi alat
untuk menolong usaha-usaha menengah masyarakat tersebut dan tiak hanya
memfokuskan untuk mengejar Net Interest Margin (NIM).
Kemudian harus ada
kejelasan kebijakan
otoritas sektor keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan OJK. Menurut saya, harus
lebih gencar melakukan pengenalan kepada masyakarat tentang kebijakan otoritas
sektor keuangan. Terlebih pemisahan tugas antara bank sentral dengan OJK belum
lama terjadi. Sehingga masyarakat memerlukan penyesuaian terhadap kebijakan
yang baru tersebut. Selain itu, pihak-pihak terkait harus secara cerdas dan
profesional menjaga komunikasi antara bank sentral dengan OJK agar tidak
terjadi missmacth ataupun collaps
Dibuat sebagai
tugas tentang kritik saran mengenai suku bunga tinggi.
Asti Nur
Damayanti / 21211270 / 4EB24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar