Indonesia begitu kaya akan potensi sumber daya alam yang melipah dan tersebar dari sabang sampai merauke. Mulai dari hasil perkebunan, perternakan, pertambangan, kelautan, dll. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu:
1. Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah tropik dengan curah hujan tinggi menyebabkan aneka ragam jenis tumbuhan dapat tumbuh subur. Oleh karena itu Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan.
2. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan.
3. Wilayah lautan di Indonesia mengandung berbagai macam sumber daya nabati, hewani, dan mineral antara lain ikan laut, rumput laut, mutiara serta tambang minyak bumi.
Siapa yang tidak tau tentang kekayaan alam Indonesia yang melimpah? Mungkin hampir di semua pelosok bumi sudah tau tentang kekayaan alam negeri nan kaya ini. Ini terbukti dari banyaknya investor asing yang melirik Indonesia sebagai tempat berbisnis. Mereka memanfaatkan ratusan bahkan ribuan sumber daya alam Indonesia. Karena dari situ mereka bisa mendapatkan banyak keuntungan. Sedangkan masyarakat pribumi (warga indonesia) sendiri hanya mendapatkan separuh atau sedikit keuntungan saja. Mengapa bisa begitu?. Bukankah mereka pekerja susah payah menguras tenaga untuk sumber daya alam negeri sendiri?. Tapi mengapa justru mereka yang mendapat sedikit upah?.
Sebagai contoh yang belakangan ini kabarnya beredar adalah soal aksi mogok kerja Ribuan pekerja perusahaan pertambangan emas dan tembaga Amerika Serikat di Papua Freeport McMoran. Para pimpinan serikat pekerja mengatakan jika dibandingkan dengan 14 perusahan tambang yang berada di bawah Freport McMoran, maka upah karyawan PT Freerport Indonesia di Papua jauh lebih kecil. Mereka menyebutkan salah satu tambang di bawah PT Freeport McMoran yang berada di Amerika Utara mempunyai alokasi dana untuk upah pekerja mencapai sekitar 1,4 sen dari US$1 keuntungan perusahaan sementara di Kongo proporsinya adalah 0.98 sen untuk setiap US$1.
Selain itu, yang terjadi adalah bagaimana bisa di negara yang kaya ini kita masih banyak mengimpor dari luar negeri. Dari sektor pangan misalnya, perut anak negeri ini semakin digantungkan pada hasil bumi negara lain. Hal itu tampak dari nilai impor pangan Indonesia yang selama semester I/2011 mencapai Rp45,6 triliun atau naik Rp5 triliun lebih ketimbang semester I/2010 sebesar Rp39,91 triliun. Komoditas impor pun semakin bervariasi, mulai dari beras, jagung, singkong, bawang merah, cabai, hingga buah-buahan seperti jeruk. Bahkan, Indonesia sebagai salah satu pemilik garis pantai terpanjang di dunia juga mengimpor garam untuk konsumsi warganya. Tak hanya itu, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di dalam negeri, pemerintah juga mengimpor. Jumlahnya pun terus bertambah. Terakhir, pemerintah menambah kuota impor daging beku sebesar 28 ribu ton. Dengan demikian, total daging sapi beku yang didatangkan pada tahun ini menjadi 100 ribu ton.
Mau sampai kapan negara kita seperti itu?. Sebaiknya kita mulai bangkit belajar membenahi perekonomian bangsa dengan memanfaatkan SDA sendiri dengan tangan sendiri untuk masyarakat negri sendiri. Karena kalo kita mau maka dari situlah negeri kita bisa mendapatkan banyak keuntungan. Dan tentunya setelah memanfaatkan kita juga harus berupaya untuk melakukan pelestarian SDA tersebut. Semoga kelak negeri ini bisa melahirkan generasi yang mampu membenahi perekonomian bangsa yang tidak hanya paham dengan teori semata.
Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/09/259794/70/13/Candu-Impor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar